Selasa, 30 Juni 2009

Iman Kepada Hari Kiamat

 Seorang muslim beriman bahwa kehidupan di dunia akan musnah dan berakhir, kemudian berganti dengan kehidupan kedua di alam akhirat. Keyakinan ini merupakan bagian dari rukun iman (dasar-dasar keimanan). Bukti-bukti keimanan adanya hari kiamat adalah dalil naqli (Al Qur'an dan Al Hadits) bukan dalil aqli. Sebab, hari kiamat adalah sesuatu yang tidak terjangkau panca indera manusia, sehingga akal tidak mampu menemukannya dengan pasti berdasarkan usaha penginderaan terhadap sesuatu. Tanpa adanya berita tentang hari kiamat dari wahyu Allah, maka manusia tidak mengetahui apakah ada atau tidak hari kebangkitan sesudah mati, serta bagaimana bentuk kehidupan sesudah mati itu? Dalil-dalil naqli tersebut antara lain : 
“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak dibangkitkan. Katakanlah, “Tidak demikian. Demi Tuhanku, kalian benar-benar pasti dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Hal demikian adalah mudah bagi Allah.” [QS. At -Taghaabun: 7] 
Juga hadits shohih Muslim, ketika Jibril mengajarkan kepada Rasulullah SAW:
“Ketika Jibril menanyakan kepada Rasulullah tentang iman, maka Rasulullah menjawab: “Hendaklah engkau beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, juga kepada hari kiamat. Dan hendaklah engkau beriman kepada Qodar yang baik dan buruk (dari Allah) .”
Waktu dan Tanda-tanda Hari Kiamat
Manusia selalu bertanya kapankah terjadinya hari kiamat. Sesungguhnya hanya Allah yang tahu dengan pasti dan tepat, kapan terjadinya. Allah SWT berfirman:
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya? Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu ada di sisi Rabbku. Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba’. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang Hari Kiamat itu ada di sisi Allah. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [QS. Al-A’Raaf: 187] 
Meskipun Al Qur'an dan Al Hadits tidak secara pasti menjelaskan waktu hari kiamat, namun dalam banyak hadits, --meski tidak kepada derajat muttawatir dan meski masih diperselisihkan dalam beberapa hal di kalangan kaum muslimin--digambarkan beberapa tanda-tanda kedekatannya, a.l.: 
Banyaknya mode pakaian telanjang. Jumlah orang beriman sedikit. Zina dan minuman memabukkan serta kejahatan-kejahatan lain merajalela. Perhiasan masjid yang berlebihan dan suara hiruk pikuk lebih sering terdengar di masjid. Penyalahgunaan jabatan. Perpecahan umat Islam/negeri-negeri Islam akibat fitnah oleh musuh-musuh Islam. Kehancuran peradaban Islam dan akan kembali jaya dan berkuasanya kaum muslimin dikemudian hari sehingga kaum muslimin menguasai pusat kekuasaan Khatolik Nashrani di Roma dan tersebarnya Islam ke seluruh dunia. Perperangan antar umat Islam dengan Yahudi yang berakhir dengan kemenangan di pihak kaum muslimin.
Juga munculnya Dajjal di tengah ummat Islam untuk menyesatkan manusia. Muncul Muhammad Al Mahdi di bumi untuk menegakkan keadilan dan kekuasaan umat Islam. Turunnya Nabi Isa untuk meluruskan ajaran Nashrani (ajaran trinitas, yakni menuhankan Nabi Isa), mengislamkan orang Nashrani, menghancurkan salib-salib, menegakkan kebenaran dan keadilan berdasarkan syari‘at Islam, membunuh Dajjal kemudian beliau kawin lalu meninggal dan dikuburkan dekat makam Rasulullah SAW. Munculnya Daabbah (binatang ajaib) yang dapat berbicara kepada manusia untuk menunjukkan kepalsuan dan ketidakbenaran ajaran semua agama selain Islam, serta memperingatkan orang-orang yang tidak percaya dengan ayat-ayat Allah (tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah). Matahari akan terbit dari arah barat dan itu terjadi setelah Nabi Isa wafat. Pada saat itulah pintu taubat ditutup. Munculnya Ya’juj dan Ma’juj (dua bangsa dari sebelah Timur) menyerang kaum muslimin bagaikan air bah, tetapi peperangan itu akan berakhir dengan kehancuran tentara Ya’juj dan Ma’juj oleh Allah dengan kemenangan di fihak kaum Muslimin (ini terjadi pada masa Nabi Isa masih hidup). Kemudian Allah akan mengirimkan kabut tipis yang menyebabkan kematian seluruh kaum muslimin dan tinggallah orang-orang kafir (jahat). Terjadi gempa bumi di Timur/Barat dan seluruh Jazirah Arab, disertai munculnya api di daerah Yaman, sehingga orang-orang berlari ke arah Syam dan di sini mereka mati setelah ditiup sangkakala. Pada saat itulah Kiamat yang sesungguhnya terjadi.
Inilah gambaran ringkas kondisi yang menunjukan sudah sangat dekatnya hari kiamat. Hanya saja, selain gambaran-gambaran tersebut masih diperselisihkan kepastiannya – karena dasarnya hanya berupa hadits-hadits yang tidak mencapai derajat muttawatir – seorang Muslim yakin bahwa Allah mampu mewujudkan kiamat kapan saja yang Ia kehendaki. Selain itu, yang penting bagi kita tentu bukanlah dapat menyaksikan kiamat itu atau tidak, tetapi sejauh mana kesiapan menghadapi kejadian-kejadian setelah hari berbangkit tersebut. Harus juga dipahami bahwa kematian seseorang, sudah termasuk “kiamat” (kecil) bagi dirinya.
Nasib Manusia pada Hari Kiamat
Al Qur'an menerangkan bahwa hari kiamat terjadi setelah ditiupnya sangkakala pertama oleh Malaikat Isrofil. Pada saat itu, semua makhluk binasa kecuali mereka yang dikehendaki Allah, kemudian ditiupkan sangkakala untuk kedua kalinya agar semua makhluk berdiri dan menuju Padang Mahsyar untuk perhitungan amalnya. Firman Allah SWT :
“(Dan) ditiuplah sangkakala, maka matilah apa yang ada di langit dan bumi kecuali yang dikehendaki oleh Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing) .” [QS. Az- Zumar: 68] 
Pada hari perhitungan/hisab, segala sesuatu akan disaksikan oleh manusia, binatang dan semua makhluk, sejak Nabi Adam hingga makhluk terakhir. Ia juga akan disaksikan oleh ayah-ibunya, neneknya dan kawan-kawannya. Allah SWT berfirman:
“Bacalah kitabmu sendiri yang pada hari itu cukuplah sebagai penghisab terhadapmu.” [QS. Al-Israa’: 14]
“Pada hari itu semua berita akan bercerita sendiri.” [QS. Az-Zalzalah: 4]
Orang-orang yang beriman kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, maka ia pasti diampuni dosa-dosanya. Sebab Allah akan mengampuni semua dosa manusia semasa hidupnya, kecuali dosa syirik. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik (menyekutukan Dia). Dan Dia mengampuni dosa selain syirik itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Siapa saja yang menyekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia tersesat sejauh-jauhnya.” [QS. An-Nisaa’: 116] 
Kedzaliman antar manusia di dunia merupakan dosa yang tidak terhindarkan. Namun, ia akan diadili dengan seadil-adilnya. Mereka yang merampas harta orang lain, mencuri, memperkosa, membunuh, menganiaya, mereka yang mengetahui di kanan kirinya banyak orang miskin, tersiksa dan memerlukan bantuan tetapi ia membiarkannya, mereka yang tidak benar ketika bergaul, berpolitik maupun berdagang, mereka yang berdosa besar maupun kecil, berjual beli secara bathil, membuka aurat di depan umum dan berteriak-teriak di jalanan, berbisik, mengukur dan menimbang secara curang, hubungan antara majikan dengan buruh buruk, serta berbagai persoalan keluarga. Semua bentuk perbuatan tersebut pasti diadili, yaitu disaat tidak ada partai dan golongan, kebangsaan, kesukuan maupun ikatan lainnya yang dapat membantu mereka dari peradilan yang seadil-adilnya.
Segala caci maki, tuduhan yang semena-mena tanpa bukti, menyakiti orang lain, bergunjing, mengkritik dengan maksud buruk, kata-kata yang keluar tanpa makna, menyia-nyiakan waktu, berhutang tetapi tidak mau membayar, berjudi dan berzina, serta 1001 macam persoalan kehidupan manusia, semua pasti diadili dan mendapat hukuman Allah pada hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi dari Abi Hurairah:
“Tahukan engkau siapa orang-orang miskin (bangkrut) itu? Mereka adalah umatku yang datang pada Hari Kiamat dengan shalat, shaum, zakatnya, tetapi mereka telah mencaci maki, menuduh seseorang tanpa bukti, sehingga semua perbuatannya itu menyebabkan ia telah menghilangkan kebaikannya. Kemudian ia ditenggelamkan ke dalam jahannam.”
Orang-orang yang jumlah dosanya lebih banyak daripada amal kebajikannya, mereka pasti disiksa dalam neraka jahannam. Sedangkan orang-orang yang jumlah amal kebajikannya lebih banyak daripada amal kejahatannya, maka mereka akan mendapat balasan kenikmatan di jannah. Tetapi akan berbeda terhadap orang-orang yang jumlah amal kebajikannya seimbang dengan amal kejahatannya, maka mereka akan ditangguhkan, tidak dimasukan ke dalam jannah atau jahannam. Mereka akan ditempatkan di suatu lokasi yang disebut Al A’raaf sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Dari tempat ini, mereka dapat menyaksikan bagaimana pedihnya siksa jahannam dan bagaimana pula kenikmatan yang diperoleh oleh penghuni jannah. Namun penghuni Al A’raaf ini suatu waktu pasti dimasukan Allah ke dalam jannah. Hal ini dijelaskan dalam ayat 46-47 surat Al A’raaf.

Kenikmatan Jannah (Surga)
Kehidupan di dalam jannah adalah abadi, penuh dengan kesenangan dan kenikmatan. Allah SWT berfirman:
“Masukilah jannah itu dengan aman, itulah hari kekekalan.” [QS. Qaaf: 34) 
Penghuni jannah akan bertemu dengan ayah, suami, istri, para famili, dan para cucunya yang beramal shalih dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Para malaikat akan masuk dari segala penjuru dengan menyampaikan salam. Gambaran tersebut, sekilas ditunjukan oleh firman-Nya:
“(Itulah) Jannah ‘Adn, tempat mukim mereka, bersama orang-orang shalih dari bapak, istri, dan anak cucu mereka. Sementara itu, para malaikat masuk ke tempat mereka dari semua pintu, (sambil berucap): ‘Sejahtera atas kalian seluruhnya karena kesabaran kalian’. Maka, alangkah baiknya tempat berakhir itu.” [QS. Ar-Ra’ad: 23-24] 
Tentang sifat-sifat jannah, Rasulullah SAW bersabda: 
“Siapa saja yang masuk jannah, maka ia pasti merasakan senang dan tidak pernah putus asa. Ia berpakaian yang tidak lepas, masa remaja yang tidak pernah pudar, matanya melihat sesuatu yang tidak pernah dilihat sebelumnya, telinganya mendengar sesuatu yang tidak pernah didengar sebelumnya, dan hati manusia tidak pernah mengkhayalkan sesuatu hal yang ada sebelumnya.” (HR Imam Muslim dari Abu Hurairah)
Saat itu manusia akan melihat Rabbnya. Ini dinyatakan Rasulullah SAW sebagai saat yang maha indah. Di dalam jannah berlimpah buah-buahan yang tidak putus-putusnya dan tidak pernah terhalang. Allah SWT berfirman :
“Dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak dilarang mengambilnya.” (QS. Al- Waqi’ah: 32-33)

Siksaan Jahannam (Neraka)
Tentang siksaan terhadap orang kafir dan dzalim di dalam jahannam, Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang beriman, peliharalah diri dan keluargamu dari api jahanam yang bahan bakarnya adalah (tubuh) manusia dan bebatuan; penjaganya para malaikat yang kasar, keras, (dan) tidak (pernah) membantah kepada Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6) 
Sedangkan kedudukan orang-orang munafik, mereka akan berada di kerak/dasar jahannam yang paling bawah.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (tempat mereka) berada pada tingkatan yang paling bawah dari jahannam, dan kamu sekali-kali tidak mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An-Nisaa’: 145) 
Allah SWT juga mengingatkan kepada manusia bahwa siksa jahannam amatlah pedih. “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, maka kelak akan Kami masukan mereka ke dalam jahannam. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain (baru) supaya mereka merasakan adzab. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. An- Nisaa’: 56) 

Adzab Jahannam adalah Siksaan Fisik (tidak hanya ruh) dan Kenikmatan Jannah adalah Kesenangan Sempurna
Siksaan jahannam dan kenikmatan jannah adalah abadi dan kekal. Semua itu merupakan akibat perbuatan manusia di dunia. Semua dirasakan secara fisik, bukan secara roh. Tentang pendapat bahwa kenikmatan maupun siksaan pada kedua tempat tersebut dirasakan manusia dalam bentuk roh, maka pernyataan tersebut terbantah dengan memperhatikan firman Allah SWT:
“Ketika (itu) belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret. (Kemudian mereka dimasukan) ke dalam api yang sangat panas, lalu mereka dibakar di dalam api (yang menyala-nyala).” (QS. Al-Mu’min: 71-72)
Begitu pula sebagaimana yang tercantum dalam Al Qur'an surat At-Taubah: 35; dan Al-Ma’aarij: 15-16; dan Al-Fathir: 33.
  Bagaimana mungkin siksaan yang disebutkan pada ayat-ayat Al Qur'an tersebut bentuknya adalah siksaan yang bersifat ruh? Bahkan patut pula diketahui bahwa kehidupan akhirat tersebut mempunyai persamaan dengan kehidupan dunia, yaitu adanya perasaan, pengertian, kepuasan dan adanya makhluk (hewan dan tumbuhan) yang akan menemani kehidupan manusia di jannah. Allah SWT berfirman:
“(Dan) Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini.” [QS. Ath-Thuur: 22] 
Rasulullah SAW bersabda:
“Ahli jannah makan dan minum di dalam jannah tetapi mereka tidak buang air besar, tidak buang ingus dan tidak kencing.” (HR Muslim dari Jabir ra) 
Dari Nu’man bin Basyir ra, ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah bersabda:
“Seringan-ringnnya siksa pada hari Kiamat adalah orang yang padanya diletakan dua bara api di bawah tumitnya yang mampu mendidihkan otaknya. Pada saat itu dia merasa bahwa tidak seorangpun yang lebih berat siksaan yang diterimanya dibandingkan dengan orang lain. Padahal sesungguhnya itulah siksa seringan-ringannya.” (HR Bukhari Muslim) Dampak Iman Kepada Hari Kiamat
Iman pada hari kiamat akan mampu mendorong setiap mukmin untuk berpikir sebelum melakukan tindakan. Sebab ia yakin bahwa semua amal perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban dan ia menerima balasannya, baik atau buruk sesuai dengan perbuatannya itu. Allah SWT berfirman:
“Siapa saja yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, maka pasti ia melihat (balasan)nya, dan siapapun yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah, juga pasti melihat (balasan)nya.” [QS. Az-Zalzalah: 7-8] 
Karena itu, iman kepada hari akhir mempunyai dampak positif bagi kehidupan seseorang, yakni:
(a) Senantiasa menjaga diri untuk selalu taat kepada Allah SWT dan berusaha menjauhi segala larangan-Nya karena takut siksaan kelak di kemudian hari.
(b) Menghibur dan mendorong untuk bersabar, bahwa kebahagiaan bagi mukmin yang belum diperolehnya di dunia akan diterimanya di kemudian hari. (lihat “Aqidah Ahlus Sunnah”, Muhammad Shalih, terj. Hal.89).
Catatan Amal Perbuatan Manusia
Iman kepada Hari Kiamat membawa konsekuensi logis untuk iman kepada adanya catatan amal perbuatan manusia. Setiap manusia akan menerimanya pada hari pembalasan itu. Allah SWT berfirman:
“(Dan) Setiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tepatnya kalung) pada lehernya. Dan Kami berikan kepadanya pada Hari Kiamat sebuah kitab (catatan amal perbuatan) yang dijumpainya terbuka : ‘Bacalah kitabmu. Maka, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab.” [QS. Al Israa’: 13-14]
Al Qur'an menjelaskan bahwa orang-orang mukmin akan diberikan catatan amal perbuatan mereka melalui tangan kanannya dari depan, sedangkan orang-orang mukmin yang berdosa besar akan menerimanya melalui tangan kanannya tapi dari belakang. Hal itu akan berbeda terhadap orang-orang kafir. Mereka pasti menerima catatan amal perbuatannya melalui tangan kirinya. Kejadian ini digambarkan dengan jelas melalui firman Allah SWT pada ayat 19 sampai 37 surat Al Haaqqah.
Bagi kaum muslimin, iman kepada Hari Kiamat sesungguhnya akan berdampak kuat bagi setiap amal perbuatannya. Mereka pasti berlomba-lomba menjalankan semua perintah Allah yakni syari’at yang dibawa rasul-Nya, Muhammad SAW, yaitu syariat Islam. Hari Kiamat merupakan hari yang pasti datangnya. Seluruh manusia akan menemuinya, baik secara sukarela maupun terpaksa. Dan sesungguhnya siksaan maupun kenikmatan yang diterima setiap manusia merupakan akibat logis dari seluruh amal perbuatannya selama ia hidup di dunia.
Sumber: Mafahim BKLDK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar